Server adalah sebuah perangkat keras atau perangkat lunak yang berfungsi sebagai pusat komputasi atau penyimpanan data yang menyediakan layanan atau sumber daya kepada pengguna atau perangkat lainnya dalam jaringan. Server bertanggung jawab untuk mengelola, mengelompokkan, dan menyediakan akses terhadap berbagai jenis data, aplikasi, atau layanan.
Secara umum, ada dua jenis server yang umum digunakan:
1. Server Perangkat Keras (Hardware):
Server fisik: Ini adalah server yang berupa perangkat keras fisik yang terdiri dari komponen seperti prosesor (CPU), memori, penyimpanan, dan komponen jaringan. Server fisik ini dapat berupa rack server (ditempatkan dalam rak server) atau tower server (ditempatkan dalam casing yang mirip dengan komputer desktop).
Server blade: Server blade adalah server fisik yang lebih ramping dan dirancang untuk dipasang dalam satu chassis (rak) yang dapat menampung beberapa server blade. Server blade menggunakan sumber daya bersama seperti sumber daya daya pemrosesan, penyimpanan, dan jaringan.
2. Server Perangkat Lunak (Software):
Server virtual: Server virtual adalah server yang dijalankan di atas hypervisor (perangkat lunak virtualisasi) dan memungkinkan beberapa mesin virtual berjalan pada satu server fisik. Setiap mesin virtual berfungsi sebagai server mandiri dengan sistem operasi, aplikasi, dan sumber daya yang terisolasi.
Server cloud: Server cloud adalah server yang berada di fasilitas data center penyedia layanan cloud. Server ini dapat diakses melalui internet dan menyediakan sumber daya komputasi dan penyimpanan yang elastis serta layanan yang dapat diakses dari mana saja.
Server digunakan dalam berbagai lingkungan, termasuk lingkungan bisnis, pusat data, penyedia layanan web, aplikasi cloud, jaringan komputer, dan banyak lagi. Mereka dapat melayani berbagai fungsi, seperti menyimpan dan mengelola data, menjalankan aplikasi, menyediakan akses jaringan, memproses permintaan, dan berfungsi sebagai pusat komunikasi dan kolaborasi.
Server on-premises dan server on cloud memiliki perbedaan utama dalam hal lokasi fisik dan cara pengelolaan. Berikut ini adalah perbedaan-perbedaan antara keduanya:
1. Lokasi Fisik:
Server On-Premises: Server on-premises ditempatkan secara fisik di dalam gedung atau pusat data perusahaan itu sendiri. Perusahaan memiliki kontrol penuh atas infrastruktur, keamanan, dan lingkungan operasional server tersebut.
Server on Cloud: Server on cloud berada di fasilitas data center penyedia layanan cloud yang terletak di tempat yang jauh dari lokasi fisik perusahaan. Server ini dioperasikan oleh penyedia layanan cloud dan dapat berada di berbagai lokasi di seluruh dunia.
2. Biaya:
Server On-Premises: Perusahaan harus mengeluarkan biaya awal yang signifikan untuk membeli perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang diperlukan untuk server on-premises. Selain itu, biaya pemeliharaan dan upgrade juga menjadi tanggung jawab perusahaan.
Server on Cloud: Perusahaan membayar penyedia layanan cloud berdasarkan penggunaan yang sebenarnya, seperti penyimpanan data, kapasitas pemrosesan, dan transfer data. Model pembayaran ini umumnya berbasis langganan atau bayar-per-penggunaan (pay-as-you-go), sehingga perusahaan dapat mengelola biaya secara lebih fleksibel.
3. Skalabilitas:
Server On-Premises: Skalabilitas pada server on-premises terbatas oleh infrastruktur fisik yang telah diperoleh perusahaan. Perusahaan harus membeli dan mengonfigurasi perangkat keras tambahan jika diperlukan untuk menangani lonjakan lalu lintas atau permintaan yang lebih tinggi.
Server on Cloud: Server on cloud menawarkan tingkat skalabilitas yang tinggi. Perusahaan dapat dengan mudah menambah atau mengurangi sumber daya sesuai kebutuhan bisnis, seperti kapasitas pemrosesan, penyimpanan, dan bandwidth, dengan cepat dan elastis. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengatasi perubahan tiba-tiba dalam permintaan atau pertumbuhan bisnis dengan lebih efisien.
4. Keamanan:
Server On-Premises: Perusahaan memiliki kontrol penuh atas keamanan server on-premises. Mereka dapat menerapkan kebijakan keamanan internal dan mengatur konfigurasi jaringan sesuai kebutuhan bisnis dan standar keamanan yang ditetapkan.
Server on Cloud: Penyedia layanan cloud bertanggung jawab atas keamanan fisik infrastruktur mereka, seperti perlindungan terhadap serangan fisik, kebakaran, dan bencana alam. Namun, perusahaan juga bertanggung jawab untuk mengamankan aplikasi, data, dan akses ke server cloud melalui pengaturan dan konfigurasi yang tepat.
Pilihan antara server on-premises dan server on cloud tergantung pada kebutuhan, anggaran, dan tujuan bisnis perusahaan. Server on-premises memberikan kontrol penuh dan keamanan yang lebih tinggi, sementara server on cloud menawarkan skalabilitas, fleksibilitas biaya, dan manajemen yang lebih mudah.
Cara melakukan sizing (penentuan ukuran) server on-premises dan server on cloud dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan aplikasi dan beban kerja yang akan dijalankan di server tersebut. Berikut ini adalah beberapa langkah umum yang dapat membantu dalam proses sizing:
1. Analisis Beban Kerja:
Identifikasi jenis beban kerja yang akan dijalankan di server, seperti aplikasi bisnis, basis data, server web, atau analisis data.
Periksa pola penggunaan dan tingkat lalu lintas yang diharapkan, baik saat ini maupun perkiraan pertumbuhan di masa depan.
Evaluasi persyaratan pemrosesan, penyimpanan, dan bandwidth yang diperlukan untuk menjalankan beban kerja tersebut.
2. Kapasitas Pemrosesan (CPU dan Memori):
Tentukan kebutuhan pemrosesan yang memadai untuk menangani beban kerja yang diidentifikasi.
Untuk server on-premises, tinjau spesifikasi CPU dan memori yang direkomendasikan oleh vendor perangkat keras.
Untuk server on cloud, gunakan alat atau kalkulator sizing yang disediakan oleh penyedia layanan cloud untuk memperkirakan jumlah instansi atau tipe mesin virtual yang dibutuhkan.
3. Penyimpanan Data:
Hitung total kapasitas penyimpanan yang diperlukan untuk data aplikasi, basis data, file, dan backup.
Pertimbangkan jenis penyimpanan yang sesuai, seperti hard disk drive (HDD) atau solid-state drive (SSD), berdasarkan kecepatan akses dan kebutuhan keamanan data.
4. Jaringan dan Bandwidth:
Tinjau kebutuhan jaringan dan bandwidth yang diperlukan untuk menghubungkan server dengan pengguna atau infrastruktur lainnya.
Periksa tingkat transfer data, latensi, dan kecepatan koneksi yang dibutuhkan untuk menjalankan beban kerja dengan lancar.
5. Skalabilitas:
Pertimbangkan pertumbuhan bisnis di masa depan dan potensi lonjakan lalu lintas yang dapat terjadi.
Pilih opsi yang memungkinkan skalabilitas, baik dengan menambahkan sumber daya di server on-premises atau dengan meningkatkan kapasitas server on cloud sesuai kebutuhan.